MonitorLampung.com_Tanggamus- Proyek Rehab dan normalisasi Irigasi yang berlokasi di Desa/Pekon Srikaton Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus diduga tidak bertuan alias siluman, pasalnya proyek tersebut hingga saat ini belum diketahui mengenai sumber anggaran beserta nilai anggaran dan kontraktor mana yang mengerjakan.
Proyek pembangunan tersebut menjadi sorotan oleh warga masyarakat setempat, hal ini diduga dengan tidak nampaknya papan informasi atau sebutan nama proyek pembangunan. Infrastruktur yang menggunakan uang Negara tentunya membutuhkan pengawasan agar dalam progres pekerjaan tidak main-main dalam melaksanakan pekerjaan yang mestinya konsekuen dan transparan.
Dari pantauan awak media di lokasi pada hari kamis (5/12/2024) banyak menemukan kejanggalan dalam proyek Irigasi tersebut di antaranya tidak terdapat papan informasi publik yang seharusnya wajib terpasang di setiap pekerjaan bangunan fisik yang di biayai oleh Negara supaya masyarakat dapat ikut mengawasi pekerjaan tersebut.
Yang lebih parahnya lagi, para pekerja proyek terlihat tidak memakai alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3). Padahal K3 merupakan bagian penting sebagai upaya menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja konstruksi. Dalam pemasangan batu diduga tidak sesuai speck pengerjaannya. Dimana dasar tidak ada penggalian, dan pemasangan batu dasar menggunakan batu satu.
Menurut salah satu petugas P3A yang berada di lokasi, pekerjaan ini sebenarnya sudah habis waktu dan masuk masa perpanjangan.
“Ini saja sebenarnya sudah habis waktu, karena mestinya bulan 11 kemarin sudah beres, dan ini sudah masa perpanjangan,”ujar petugas P2A.
Saat awak media mendatangi Konsultan yang kebetulan berada dilokasi, menanyakan berapa anggarannya dan mengapa proyek sebesar ini tidak di pasang papan informasi terkesan menghindar dari pertanyaan.
“Terkait hal itu, saya tidak tahu bang, saya hanya melihat lihat saja. Dan lebih jelasnya tanyakan sama pak kakon. Karena urusan ini, semua di tekel oleh pak kakon, dan biar lebih jelas tanyakan langsung sama pak kakon,”tandasnya dengan rasa takut lalu pergi.
Kemudian pewarta mendatangi petugas pengawas di lapangan (IP) menanyakan terkait papan kegiatan, berapa anggarannya dan nama CV. Pelaksananya, dirinya tidak tau dan kembali mengarahkan pewarta untuk menemui Kepala Pekon Srikaton.
“Pelaksana namanya bang adi, saya hanya di tugaskan mengawasi dan mencatat material masuk, saya juga sudah di pesanin sih sama bang adi dan pak lurah juga, kalau ada media yang datang suruh nemuin pak Wardoyo aja,”jelasnya.
Sesuai dengan arahan petugas pengawas material, pewarta mendatangi rumah Wardoyo, Kepala Pekon Srikaton, dengan harapan untuk mendapatkan keterangan yang jelas terkait proyek irigasi yang berada di wilayahnya.
Namun sayang seribu sayang, Wardoyo, Kepala Pekon Srikaton juga tidak banyak memberikan informasi terkait anggaran proyek yang berada di wilayahnya, bahkan dirinya menyampaikan bahwa pekerjaan itu di back’up oleh marinir, dan kalau mau mempublikasikan izin dulu dengan batin. Apa yang di sampaikan oleh Wardoyo seakan membatasi Media untuk mendapatkan informasi yang jelas untuk di sampaikan ke publik.
“Yang megang ini marinir semua, kalau anggarannya saya nggak tau, yang megang batunya batin, kalau mau publikasi kemarin juga banyak betul media yang kesini saya panggil Marinirnya datang semua, makanya disini saya telponin dulu batin izin sama batin, akhirnya nggak jadi.
Ditambahkan kakon Wardoyo, dalam pengerjaan irigasi tersebut, tugas saya hanya pengamanan saja. Jadi terkait masalah anggarannya berapa saya tidak tahu mas, itu semua sudah di kondisikan oleh marinir,”kilahnya Wardoyo. (Ardiyan).